rifanisa nurul fitria
Cerita di balik muslimah di Amerika yang mengenakan hijab dan niqab (cadar)
rifanisa nurul fitria
Alkisah,

pada sekeping Agustus bertahun-tahun yang lewat,

Kotak pandora terbuka



Lalu, berterbanganlah semua

yang hitam, yang putih...

Menjadi kelabu udara,

membuat sesak, tersedak..



Hari ini,

Masih dari tempat yang sama seperti tahun-tahun yang lewat,

masih dari pesisir yang sama tempat

matahari terbenam,

masih dari negeri yang sama,

Kupu-kupu hitam putih,

masih saja...



Pada setiap gerimis,

menitipkan cerita yang tak pernah usai,

tak pernah sampai...



Entah, mungkin ada

kepakan paradoks di sepasang sayapnya

yang membuat rintik-rintik hujan 

ragu mengantarkan,

sedang tanya-jawab di bumi pijakan

semakin lembab mengusang



Harus tiba saatnya

Kupu-kupu Hitam Putih

terbangun dan benar-benar terjaga

dan benar-benar sadar



Ia harus pergi

membereskan yang luluh-lantak,

Mengumpulkan yang terserak dan terlewatkan

hari-hari kemarin



Ia harus pergi

saat langit jingga, merah saga

Menyusuri jalan sunyi al wafa untuk sebuah

metamorfosa



Agar tak ada lagi kupu-kupu hilang warna...

rifanisa nurul fitria
JALAN SUNYI SANG PENCINTA

(oleh Anis Matta)

Tenang dan hening. Sunyi dan senyap. Semua sudut kota Makkah yang berada di sekitar enam mil dari ketinggian gua itu terlihat jelas. Sejelas purnama di malam hari. Atau matahari di siang hari. Lelaki berusia 37 tahun menjalani hari-hari yang panjang selama 3 tahun dalam kesunyian gua itu. Ketika usianya genap 40 tahun, malaikat Jibril datang padanya membawa wahyu dan seketika resmilah ia menjadi nabi terakhir yang menutup rangkaian panjang sekitar 350 nabi dan rasul. Ketika kembali ke rumah, ia berkata kepada sang istri, ”Sekarang tak ada waktu tidur, Khadijah.”

Para pencinta sejati membutuhkan saat-saat hening dan sunyi seperti itu. Karena cinta adalah tindakan memberi tanpa henti, maka para pencinta sejati membutuhkan energi besar untuk menjaga kesinambungan kontribusinya. Dalam keheningan dan kesunyian seperti itulah ia menyerap energi kehidupan ke dalam dirinya.

Itu adalah jenak-jenak di mana ia kembali ke dalam dirinya sendiri. Menemui ruhnya, menyapa jiwanya, berdialog dengan akalnya. Di sana ia menyatukan kembali bagian-bagian dirinya yang mungkin berserakan dalam lelah atau tercabik di jalan kehidupan yang panjang. Di sana ia menyegarkan kembali pada cita-cita luhur dari cinta yang agung. Di sana ia menguatkan kembali komitmennya pada cita-cita luhur cintanya. Di sana ia menyerap semua energi kehidupan yang ia perlukan untuk melanjutkan perjalanan cintanya. Di sana ia meneguhkan kembali tekadnya untuk terus mencinta dan mencinta.

Itu juga adalah jenak-jenak di mana ia kembali ke dalam dirinya lalu keluar membawa ruh, akal dan jiwanya, menemui langit. Di sana ia menemukan kembali keyakinannya pada kebenaran jalan cintanya. Di sana ia menyerap bantuan langit yang tak terbatas. Di sana ia menemukan kembali ketenangannya yang terganggu di sepanjang jalan cintanya.

Ketenangan adalah syarat utama untuk menjadi manusia yang produktif. Cinta mengharuskan memiliki orientasi pada perfomansi yang kuat. Dan itu hanya mungkin dicapai ketika kita mengalami titik keseimbangan tertinggi pada proses penerimaan dan pengeluaran energi. Tapi perenungan adalah cara menyerap energi. Dan memberi adalah cara menyalurkan energi.
rifanisa nurul fitria
Seseorang menulis cerita yang tak ingin dimengerti. Bukan, bukan karena ia tak pandai membuat cerita yang bisa dipahami.Yang ia punya tinggal keping-keping flashback dan foreshadowing berserakan yang dititipkan padanya. Ia tak ingin menyusunnya menjadi cerita yang utuh karena memang tak utuh. Hanya itulah kenyataannya dan hanya itu yang ingin ia tuliskan. Maka, jangan harap akan sampai pada denoument yang tepat...
Tak ada yang terlewatkan meski imbuhan “–an” sekalipun. Kupahami setelah berulang kali lisan mengeja: “Ternyata mereka yang hidup adalah mereka yang berjuang!” Begitu pesan sang bijak. Namun, sangat lebih bijak lagi jika: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu.” Menjadi pelipur setiap apa-apa yang terkadang tak menjadi impian kita.

Oleh karena itu, bersabarlah... Sebagaimana bersabarnya orang-orang terdahulu. Di mana pun takdir menempatkan jasad dan ruh kita, kita harus tetap istiqomah pada hukum-hukum-Nya. Siapa lagi yang mau memelihara hukum-Nya kalau bukan kita-kita?

Pada awal tentu pucuk akhir taklah luput terhindar, seyogyanya pagi dan petang. Sekiranya khilaf dan kealpaan diri yang dhoif menelantarkan tiap keping hati terdiam, tersiksa, tersakiti, berdosa...
Akhirnya, beku terhenti tintaku menulis tiap sahajanya fatamorgana. Sakitnya buat azzam menguat. Pedihnya buat kokoh pertahanan. Tangisnya adalah malu oleh sebab terjerembab. Sedang senyumnya menebar. Duhai Ikhwah, “Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan kami beri keuntungan itu baginya. Barang siapa menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.”

Mudah-mudahan taklah kiranya kita ragu untuk menolak sesuatu yang membuat-Nya murka. Merasa berlegahatilah kita dibenci dunia. Sesaat, daripada nama kita dibenci penduduk langit oleh karena maksiat dihadapan Raja yang singgasananya telah kita tahu...

Pada kesendirian ornamen kampus ini, ukirannya kubuat dalam cermin. Hapuslah apa yang membuat terbeban serta menghalangi untuk membias tiap candela cahaya...
Ikhwah, kiranya dunia mudah-mudahan tak melalaikan ingat kita...
rifanisa nurul fitria
Cerita tentang Salsabila ini kuawali dari sebuah akhir.
Aku membuka kertas lusuh berusia 9 tahun itu. Sebuah surat yang tak kan lekang dimakan zaman. Surat yang diberikan kepada kami berdelapan saat perpisahan SDIT Salsabila. Sepuluh tahun usiaku waktu itu..


21 R. Awwal 1421
24 Juni 2000

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ananda yang kami cintai,

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur sungguh patut kita sampaikan kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala; betapa besar nikmat yang telah diberikan kepada kita: Allah telah memilih kita sebagai muslim, padahal ada bermilyar manusia yang tenggelam dalam kegelapan kekafiran. Dan Allah telah memberikan kepada kita beberapa tahun usia yang kita lewatkan bersama di SDIT Salsabila dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan cara mempelajari ilmu-Nya yang mahaluas.

Ananda, sebentar lagi insya Allah Ananda akan belajar di pondok. Tidak ada lagi orang tua yang senantiasa mendampingi. Tetapi, insya Allah mereka akan selalu mengingatmu dan mendoakanmu. Semakin jauh ananda, semakin besar kasih-sayangnya padamu. Laluilah hari-hari di pondok dengan kesabaran dan dengan niat untuk berjihad, dan berjihad itu memang penuh masaqah (kesulitan). Berniatlah memenuhi perintah Allah mempelajari  ilmunya yang bermanfaat, tidak saja untuk kehidupan di dunia yang pendek, tetapi juga untuk bekal kehidupan akhirat yang abadi. Bersabarlah, karena suatu saat setiap orang akan berpisah dan menghadap Allah sendiri-sendiri. Jika engkau rindu kepada orang-orang yang engkau tinggalkan, lipurlah, dan rindukanlah pertemuan dengan Allah, dengan membaca Al Qur’an dan kandungannya yang luar biasa, mendirikan shalat, dan dzikir. Ananda tidak dapat lagi banyak menggantungkan diri kepada orang tua. Tawakkal ‘alallah. Sebab, hanya Allah pelindung yang kokoh. Jika ananda menghadapi kesulitan, insya Allah di balik kesulitan ada kemudahan. Berdoalah. Alangkah mudah bagi Allah untuk membuat kesulitan yang menghimpit itu menjadi mudah. Dan kepahitan itu kelak akan terasa manis.

Ananda, beberapa saat lagi ananda menginjak dewasa. Jika ananda melakukann amal shalih,Allah akan membalasnya di dunia dan di akhirat. Penuhilah perintah-perintah Allah. Berkatalah hanya dengan perkataan yang bermanfaat. Jangan biarkan orang yang meminta bantuan kepadamu kembali dengan tangan hampa. Milikilah sikap jujur. Sebab, jujur adalah mata uang yang laku di mana pun kita berada. Teladanilah akhlaq Rasulullah. Teladanilah kehidupan para sahabat. Sebaliknya, bila ananda melakukan dosa, Allah akan membalasnya pula di dunia dan di akhirat. Jauhilah prasangka buruk kepada Allah dan kepada sesama muslim. Tanggalkan rasa dengki, iri,, sombong, dan riya’, dan jangan mengagumi dirimu sendiri.

Pegang teguh kalimat tauhid itu. Sebab, bila sampai akhir hidupmu, sampai malaikat maut menjemputmu untuk menghadap Allah, kalimat tauhid itu tetap kokoh dalam dirimu, maka enkau akan masuk surge. Tetapi, bila engkau melakukan dosa dan mengulang-ulangnya, maka sebelum enkau dimasukkan ke dalam surga, engkau akan direnggut oleh malaikat masuk ke dalam neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Sedikit dosamu, sehari engkau di neraka. Semakin banyak dosamu, semakin lama engkau di neraka. Mungkin dua hari, mungkin empat puluh hari, mungkin setahun, atau bahkan bertahun-tahun. Tetapi ananda, sekalipun hanya sehari, namun siksa Allah di neraka sangat pedih, sehingga Rasulullah tak sanggup melihatnya ketika mi’raj. Dan sehari di neraka sama seperti 1000 harinya di dunia. Berbelas tahun di neraka sama dengan berbelas ribu tahun di dunia. Berpuluh tahun di neraka, bagaimana mungkin kita sanggup menanggungnya? Sedangkan api di neraka 70 kali lebih panas dari api di dunia. Dan bila api di dunia membuat kita mati, tetapi tidak demikian api neraka. Apii neraka mengelupaskan kulit kita, membakar daging kita, dan menghancurkan badan kita. Tetapi segera setelah hancur, daging itu tumbuh lagi, kulit itu kembali utuh menyelimuti, dan api neraka akan membakarnya kembali.

Oleh karena itu, jauhilah perbuatan dosa, baik perbuatan fisik, perbuatan lisan, perbuatan hati, dan pikiran. Satu kali pun, jangan tinggalkan shalat. Dan satu kali pun, janganlah membuat ibu dan ayahmu tidak ridha. Sebelum kalian berangkat ke pondok nanti, ciumlah tangan ibu dan ayahmu. Mintalah maaf kepada mereka. Banyak di antara kami, orang tua kalian, yang tak dapat lagi meminta maaf kepada ibu dan ayah kami, padahal kami belum sempat meminta maaf dengan sebenar-benarnya.

Ananda sekalian, kami, kepala sekolah, wali kelas, para guru, bendahara sekolah, petugas kebersihan, petugas catering, petugas antar-jemput, menyatakan kebanggaannya kepada kalian, dan minta maaf atas kesalahan, kekhilafan, dan janji-janji yang belum terpenuhi.
Jika Allah mentakdirkan kita untuk bertemu kembali di dunia, kami meminta agar kita bertemu di jalan Allah. Dan bilamana Allah mentakdirkan kita untuk bertemu di akhirat kelak, kami meminta bertemu dalam himpunan anbiya, syuhada, dan shiddiqqin di surga kelak.

Selamat jalan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
rifanisa nurul fitria
Kasih Sayang

Kasih sayang tak terlihat mata
namun terasa di dalam jiwa

Allah sayang padamu
jika ingin bertemu
sholatlah lima waktu
untuk melepas rindu

Ayah dan bundamu pun
sayang padamu

Sayangilah mereka
Hormat dan doakan

Kasih sayang Allah
kasih sayang Ayah-Bunda...

-Puisi ayah yang kubacakan saat perpisahan TK-