rifanisa nurul fitria
JALAN SUNYI SANG PENCINTA

(oleh Anis Matta)

Tenang dan hening. Sunyi dan senyap. Semua sudut kota Makkah yang berada di sekitar enam mil dari ketinggian gua itu terlihat jelas. Sejelas purnama di malam hari. Atau matahari di siang hari. Lelaki berusia 37 tahun menjalani hari-hari yang panjang selama 3 tahun dalam kesunyian gua itu. Ketika usianya genap 40 tahun, malaikat Jibril datang padanya membawa wahyu dan seketika resmilah ia menjadi nabi terakhir yang menutup rangkaian panjang sekitar 350 nabi dan rasul. Ketika kembali ke rumah, ia berkata kepada sang istri, ”Sekarang tak ada waktu tidur, Khadijah.”

Para pencinta sejati membutuhkan saat-saat hening dan sunyi seperti itu. Karena cinta adalah tindakan memberi tanpa henti, maka para pencinta sejati membutuhkan energi besar untuk menjaga kesinambungan kontribusinya. Dalam keheningan dan kesunyian seperti itulah ia menyerap energi kehidupan ke dalam dirinya.

Itu adalah jenak-jenak di mana ia kembali ke dalam dirinya sendiri. Menemui ruhnya, menyapa jiwanya, berdialog dengan akalnya. Di sana ia menyatukan kembali bagian-bagian dirinya yang mungkin berserakan dalam lelah atau tercabik di jalan kehidupan yang panjang. Di sana ia menyegarkan kembali pada cita-cita luhur dari cinta yang agung. Di sana ia menguatkan kembali komitmennya pada cita-cita luhur cintanya. Di sana ia menyerap semua energi kehidupan yang ia perlukan untuk melanjutkan perjalanan cintanya. Di sana ia meneguhkan kembali tekadnya untuk terus mencinta dan mencinta.

Itu juga adalah jenak-jenak di mana ia kembali ke dalam dirinya lalu keluar membawa ruh, akal dan jiwanya, menemui langit. Di sana ia menemukan kembali keyakinannya pada kebenaran jalan cintanya. Di sana ia menyerap bantuan langit yang tak terbatas. Di sana ia menemukan kembali ketenangannya yang terganggu di sepanjang jalan cintanya.

Ketenangan adalah syarat utama untuk menjadi manusia yang produktif. Cinta mengharuskan memiliki orientasi pada perfomansi yang kuat. Dan itu hanya mungkin dicapai ketika kita mengalami titik keseimbangan tertinggi pada proses penerimaan dan pengeluaran energi. Tapi perenungan adalah cara menyerap energi. Dan memberi adalah cara menyalurkan energi.
0 Responses

Posting Komentar