rifanisa nurul fitria
Seseorang menulis cerita yang tak ingin dimengerti. Bukan, bukan karena ia tak pandai membuat cerita yang bisa dipahami.Yang ia punya tinggal keping-keping flashback dan foreshadowing berserakan yang dititipkan padanya. Ia tak ingin menyusunnya menjadi cerita yang utuh karena memang tak utuh. Hanya itulah kenyataannya dan hanya itu yang ingin ia tuliskan. Maka, jangan harap akan sampai pada denoument yang tepat...
Tak ada yang terlewatkan meski imbuhan “–an” sekalipun. Kupahami setelah berulang kali lisan mengeja: “Ternyata mereka yang hidup adalah mereka yang berjuang!” Begitu pesan sang bijak. Namun, sangat lebih bijak lagi jika: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu.” Menjadi pelipur setiap apa-apa yang terkadang tak menjadi impian kita.

Oleh karena itu, bersabarlah... Sebagaimana bersabarnya orang-orang terdahulu. Di mana pun takdir menempatkan jasad dan ruh kita, kita harus tetap istiqomah pada hukum-hukum-Nya. Siapa lagi yang mau memelihara hukum-Nya kalau bukan kita-kita?

Pada awal tentu pucuk akhir taklah luput terhindar, seyogyanya pagi dan petang. Sekiranya khilaf dan kealpaan diri yang dhoif menelantarkan tiap keping hati terdiam, tersiksa, tersakiti, berdosa...
Akhirnya, beku terhenti tintaku menulis tiap sahajanya fatamorgana. Sakitnya buat azzam menguat. Pedihnya buat kokoh pertahanan. Tangisnya adalah malu oleh sebab terjerembab. Sedang senyumnya menebar. Duhai Ikhwah, “Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan kami beri keuntungan itu baginya. Barang siapa menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.”

Mudah-mudahan taklah kiranya kita ragu untuk menolak sesuatu yang membuat-Nya murka. Merasa berlegahatilah kita dibenci dunia. Sesaat, daripada nama kita dibenci penduduk langit oleh karena maksiat dihadapan Raja yang singgasananya telah kita tahu...

Pada kesendirian ornamen kampus ini, ukirannya kubuat dalam cermin. Hapuslah apa yang membuat terbeban serta menghalangi untuk membias tiap candela cahaya...
Ikhwah, kiranya dunia mudah-mudahan tak melalaikan ingat kita...
0 Responses

Posting Komentar